Ihsan ( cerita pendek)






 Pada saat ku sedang duduk dihadapan anak yang sedang belajar, terdengar suara yang khas sekali mengagetkan. "Hei...."  dia lepas sepatu nya sambil berteriak dan mengatakan hei, bukan kalimat salam yang muncul dari dalam mulutnya. Melangkahkan kakinya memasuki ruangan belajar yang kecil tetapi penuh keceriaan suara anak-anak yang belajar. Berulang kali ku ajarkan tatakrama dan adab memasuki ruangan dan bertemu dengan guru dan orang tua. Ucapan salam yang biasa diucapkan oleh umat muslim yaitu kalimat assalamualaikum tetap saja kata " hei " yang keluar dari mulutnya.  

Dengan senyum ceria nya dia memasuki ruangan tanpa mengucapkan salam dan langsung melemparkan tas yang berisikan perangkat belajarnya, Itulah tingkahnya yang polos dan tanpa merasa berdosa yang dilakukannya setiap kali datang ketempat belajar. " Bu gulu, ican tadi jatoh di depan lumah "..suaranya yang cadel menceritakan kisah yang dialaminya hari ini. " emang nya lagi ngapain?"  ku respon ceritanya, agar tidak merasa kecewa, sambil mengajarkan murid yang sedang belajar dihadapanku, ku dengar kisahnya. 

Ihsan adalah salah satu murid yang paling pandai di kelas membaca yang ku selenggarakan. Usianya baru enam tahun, dia sudah pandai dan lancar dalam membaca juga  menghitung,  Hanya ditulisannya saja yang masih belum rapih dan masih berantakkan , turun naik dan besar. Dia juga anak yang rajin dan bersemangat dalam belajar. Setiap kali datang untuk belajar aku selalu dengan sengaja memberikannya soal matematika dasar yang banyak agar dia tidak mengganggu temanya yang lain yang sedang belajar. Hal itulah yang ternyata disukai olehnya. Dia senang menghitung. Seberapa banyak soal yang kuberikan dia akan dengan serius mengerjakan. Dia anak yang cerdas. Aku tidak perlu banyak menjelaskan, dia langsung mengerti apa yang harus dikerjakan.

Dia berangkat dan pulang sendiri ketempat belajar tanpa diantarkan orangtuanya. Anak yang sangat mandiri. Sepeda kecil nya yang setiap saat mengantarkannya untuk belajar. Berangkat ataupun pulang dengan kaki kecilnya, dia mengayuhkan pedal sepeda secara  cepat dan bahkan tanpa rem. Meluncur kencang seperti Valentino Rossi atau Mark marquess, pembalap MotoGP terkenal di dunia. Orang yang melihatnya naik sepeda bergeser minggir atau akan tertabrak olehnya. Tembok yang tidak salah apapun pernah ditabrak olehnya hingga sepedanya patah menjadi dua bagian. 

Suatu ketika, Aku tidak datang ketempatnya belajar. Kali ini Bapak sendirian  mengajarkan anak-anak. Entah kenapa, Ihsan enggan diajak belajar apapun. Diajak membaca menolak, menulis juga menolak apalagi berhitung. Dia hanya mengganggu temannya yang sedang belajar. Karena hal itulah, Bapak menyuruh Ihsan untuk pulang saja, tidak usah belajar hari itu. Tanpa menolak, dengan senang hati diapun langsung mengiya kan apa yang diperintahkan oleh bapak. langsung berpamitan dan berdoa pulang. 

Keesokkan hari nya, Aku kembali mengajarkan anak-anak bersama dengan bapak. Dengan ciri khas yang dimilikinya, dia dari luar ruangan berteriak Hei dengan suaranya yang kencang. Kali ini pun dia langsung melemparkan tasnya dan menghampiriku, 

" Bu gulu,...Ican malah sama bapak, !

"lah emang nya kenapa? ko marah?" ..." kaga boleh begitu,  kan Ican anak Hebat! " 

"Kemalen Ican disuluh pulang sama bapak"!...Ican kaga disuluh baca, Ican kaga disuluh nulis " 

" Lo ko bisa ?"  "....masa sih?" Emang iya pak?"

Bapak tertawa dan tersenyum melihat Ihsan lapor, dan mengadu kan apa yang dia alami kemarin. Bapak menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi. Aku mengerti dan memahami cerita bapak. Ketika seorang anak, melakukan tindakan yang seharusnya dia tidak lakukan, tetapi malah membuat onar dan mengganggu , itu merupakan reaksi protesnya karena di abaikan. Anak akan mencari perhatian dengan melakukan tindakan yang mungkin akan membuat orang dewasa marah.



Cerita pendek yang ku coba tuliskan berdasarkan pengalamanku 






Komentar