SAAT KU TEMUKAN ANAK HEBAT ( AHE )



foto ku dan suamiku

Angka Nol angka yang bulat seperti telur, angka yang setiap titiknya bertemu membentuk sebuah angka. Angka yang bermakna penuh. Angka yang bisa menyatakan bilangan paling kecil dan juga paling besar hingga tak terhingga. Belajar dengan dimulai dari keadaan Nol agar bisa berubah menjadi pola baru yaitu satu, dua ,tiga dan seterusnya hingga tak dapat dijumlahkan. Ku memulai membangun usaha dari titik nol, belajar berbagi ilmu kepada anak-anak sekaligus menambah cuan.Tidak dipungkiri memang semua perlu yang nama nya cuan, orang hidup dan mati perlu yang namanya cuan. 

Usaha bimbel ku dimulai dari mengajarkan anak hanya sekedar mengenal dan bisa membaca, meskipun usaha ini terdengar sepele , mudah-mudahan bisa menjadi suatu yang sangat luar biasa. termotivasi dari orang-orang yang sudah memiliki lembaga besar, ku mulai dari suatu yang kecil. Aku tidak memiliki modal seperti orang lain, yang aku punya  hanya kemampuan yang ku miliki, tidak ada modal. hanya modal nekat, dengan membaca bismillahirrahmanirrahim.

Aku melihat  salah seorang wali murid MAN 2 Kota Bekasi, selalu memasang status mengenai AHE. Sering kali dia pasang status,   aku senang mengintip dan melihatnya. Karena seringnya ku melihat, tergerak didalam hati , untuk mengetahui apa itu AHE.  beberapa pertanyaan ku berikan, dan si Ibu tersebut memberikan jawaban yang membuat ku semakin tertarik. Hingga suatu ketika ku bertanya, bagai mana cara nya agar bisa bergabung atau membuat lembaga AHE. Aku yang memang pernah bercita-cita dan berkeinginan membuat sebuah lembaga belajar, tetapi entah dari mana ku harus memulai , karena keterbatasan modal. Tanpa fikir panjang, karena sudah tertarik dengan apa itu AHE aku langsung melakukan booking area tanpa ijin dan bicara dengan suamiku. 

AHE ( Anak Hebat ) lembaga pendidikan informal yang bergerak dalam mengentaskan anak-anak yang buta membaca. AHE memiliki metode membaca yang memberikan beberapa langkah efektif untuk membimbing anak dalam kegiatan belajar membaca dan mengaitkannya dengan layanan penguasaan konten. Enam langkah metode nya yang sangat mengasyikan yang akan membuat anak tidak merasa terbebani dalam belajar membaca. dari senam otak hingga pengayaannya.

Aku mulai perkenalkan AHE kepada suami ku, dengan sangat keras dia menentanngnya. dia me ngomel dan membentak, hingga hampir satu minggu kami tidak bicara satu dan yang lainnya, hanya gara-gara aku ingin membuka AHE dirumah. Kami mengalami perang dingin dirumah. Tidak ada yang berbicara satu dengan yang lainnya. Aku berusaha menjelaskan kepadanya tentang apa itu AHE, dia tetap menolak. Sampai aku meminta bantuan kepada walimurid ku mengajar disekolah yang lebih dulu bergabung dengan AHE. Dia pun menelponku, dan berusaha menjelaskan kepada suami ku tentang apa itu AHE. Tetap saja dia menolak dan malah menuduh si ibu tersebut sebagai seorang  anggota  MLM yang sedang menjelaskan produk jualannya. Betapa tidak enak hati ini, ketika suami ku mulai membentak si ibu tersebut dengan suara nya yang bernada tinggi. Langsung terasa terhenyak dihati, seperti diiris oleh silet yang tajam,  sedih, sakit hati dan banyak lagi perasaan tidak enak yang bercampur menjadi satu. Salah apa aku, dalam hati berfikir. Sedih hati ku karena merasa disalahkan. Ku berniat membuat keluargaku lebih baik, Ku berniat membuat sesuatu pekerjaan yang lebih baik untuk suamiku, ku berniat yang baik-baik. Tetapi ternyata yang ku dapat hanya lah penolakkan. Aku melampiaskan kekesalan, kesedihan ku kepada yang maha Kuasa, berdoa agar diberikan jalan keluar dari permasalahan yang sedang ku alami. Ku tundukkan kepala, bersujud sambil mengadukan kepadaNya , diiringi air mata yang menetes sambil berdoa kepadaNya  dan bersabar. 

Aku memberanikan diri untuk curhat kepada teman dekatku, diantara rasa takut menambah kemarahan suamiku karena telah berani bertindak tanpa seijin dirinya. Dia adalah temanku bercerita, berbagi pengalaman dan berbagi keluh kesah. Kami bersahabat sejak kami masih berada di asrama tempat kami kost ketika kami kuliah di Bandung, hingga saat ini kami masih saling support dan menguatkan. Temanku memberikan Ide agar kami melakukan perjalanan, refresing keluar kota bersama, dengan tujuan mencairkan suasana rumah tangga ku yang pada saat itu sedang mengalami perang dingin, tidak berbicara antara satu dan yang lainnya. Aku pun menyetujui ide yang diberikannya. Aku coba berbicara kepada suamiku dan menyampaikna ide tersebut. Alhamdulillah, segala puji serta syukur kepada Allah SWT. ternyata suamiku menyetujui ide tersebut. Ya....memang kebetulan suami ku dan temanku itu juga berteman. Dia sudah kenal dengannya sejak kami masih bujangan, belum menikah. Kami memutuskan untuk berangkat ke Puncak bogor. Kami berangkat pada malam hari, karena pada saat itu aku dan sahabatku masih sibuk dengan kegiatan masing-masing disekolah.Tanpa sepengetahuan orang tua kami dan tetangga yang kebetulan juga rumahnya berdekatan dengan rumah kami. Kami tiba di puncak bogor, tepatnya mesjid Attaawun pada jam 21:00 WIB malam hari.  Kami beristirahat dan shalat di sana. Pada malam itu kami sengaja memang tidak menyewa villa atau penginapan , kami ingin merasakan suasana mesjid Attaawun di malam hari hingga pagi. Anak-anak juga setuju, mereka dengan senang hati mengiya kan apa yang kami para orang tuanya rencana kan. Di parkiran, depan warung dekat mesjid Attaawun, ditemani dengan wedang dan bakso serta bekal yang dibawa dari rumah, kami menggelar tikar dan menyantap nya , sambil berbagi cerita, di antara mobil-mobil yang lalu lalang dijalan raya karena memang kami menggelar tikar dipinggir jalan dan dibawah sinar rembulan dan bintang yang menerangi malam. Malam semakin larut,suasana dingin mulai terasa menusuk kulit, Sekali lagi aku bersyukur, karena dinginnya malam di puncak bisa mengalahkan dinginnya suasana rumah tangga ku malam itu. Kami semua bisa berbicara seperti biasa, melupakan permasalahan yang sedang terjadi, tawa, canda  serta gurauan mulai keluar memeriahkan suasana. Mata  sudah mulai mengantuk dan kami bergerak memindahkan posisi duduk kedalam mobil masing-masing untuk menghangatkan dan merebahkan badan sejenak untuk menunggu adzan subuh. Parkiran yang awalnya sepi, semakin malam semakin ramai , mobil mulai berdatangan. Untuk menghindari kemacetan dijalan orang-orang lebih memilih berangkat dimalam hari. 

Adzan subuh terdengar, kami keluar dari mobil dan menuju mesjid untuk shalat subuh. Terasa sangat menyenangkan bisa shalat subuh berjamaah di di mesjid ini, suasananya yang dingin menambah khusunya shalat. Selesai shalat subuh , kami mencari tempat yang nyaman untuk sarapan dan santai sejenak untuk menikmati suasana. Disana lah sahabatku mulai mencoba membicarakan keinginan dan rencana yang hendak ku buat dan kubangun untuk masa depan keluargaku. Secara perlahan dia menyampaikannya, dibantu suami nya untuk menenangkan dan menjelaskan ada apa dan apa  kah yang sedang terjadi. Sekali lagi Penolakkan terjadi dan tetap masih belum bisa diterima. Apa itu AHe ? tetap dia menolaknya, untuk apa AHE? tetap saja penolakkan keras terjadi. Akhirnya, hanya Pasrah, dan tetap meminta bantuan kepada yang maha Kuasa itu yang bisa ku lakukan. 

Waktu berlalu, sejak aku melakukan booking area, tidak terasa sudah satu bulan berlalu, aku menyerah dan pasrah. aku sudah tidak berminat melanjutkan AHE kembali. sudah lah biarkan lah berlalu. Tiba-tiba datang sebuah pesan kepada ku, pada tanggal 03 September 2020  di pagi hari pukul 09:06 WIB. " Bismillah....Perkenalkan ...saya Nurul ."Itu lah kalimat pertama kali yang sampai pertama kalinya melalui pesan singkat whatsapp. dilanjutkan dengan kalimat berikutnya ," Bu sudah buka calistung Ahe dan Ase ?" dengan kaget dan rasa heran kenapa ada orang yang bertanya seperti itu? apa maksudnya? karena aku sendiri belum faham betul tentang AHE dan apa itu ASE. Aku pun merespon pertanyaan tersebut dengan kalimat apa adanya yang ku alami mengenai AHE, " belum bu, baru daftar lokasi, belum ikut pelatihan". Kalimat pesan berikutnya yang membuat ku merasa, apakah ini petunjuk dan jalan dari Allah!  " saya juga mau buka bimbel AHE bu", saya butuh kerja bu"! boleh gak ?", Nah looo! apa maksudnya , boleh gak ? aku kan belum buka AHE, kenapa minta ijin sama aku. Barulah aku faham, setelah bu nurul menceritakan, bagimana cara pendirian AHE jika lokasi yang akan di pakai sudah di booking oleh orang lain, maka dia tidak bisa mendirikan AHE. 

Semangat untuk membuka AHE dalam diri ku ini muncul kembali, secara perlahan kusampaikan pesan yang dikirimkan oleh bu Nurul kepada suamiku. Ku coba untuk meminta ijin kepada nya, dengan membaca bismillah ku beranikan diri untuk membuka pembicaraan mengenai AHE. Ku buka handphone ku, ku tunjukkan pesan tersebut. Dia mulai membacanya, satu persatu. Kini, ketika ku membicarakan tentang AHE, nada bicaranya tidak seperti awal mula ku memperkenalkannya.Suaranya normal, tidak bernada tinggi, tatapan matanya biasa saja tidak melotot seolah-olah ingin menghantamkan sesuatu kepadaku." Ya sudah terserah kamu," katanya. "Baiklah, ayo kita buktikan, apa sebenarnya AHE itu", dengan rasa gembira, seolah-olah cahaya yang bersinar ada disekelilingku dan mendukung apa yang kuinginkan. 

Pada hari minggu, 20 oktober 2020, Aku dan Bu Nurul Ikut bergabung dengan AHE, mengikuti pelatihan dirumahku, dilatih oleh pelatih Nasional Ibu Neneng Handayani, S.Pd. kami belajar metode AHE dan Manajemen pendirian unit AHE. Kami belajar seharian, dengan rasa canggung aku ikut bergaya seperti guru taman kanak-kanak. Aku bukan guru Taman Kanak-Kanak, dan Aku harus bisa mengerti dan memahami karakter mereka, itulah yang pertama kali muncul. 

Satu minggu berlalu, dari pelatihan. Aku masih bingung cara memulai dan mempromosikan usahaku tersebut. Aku mulai mencetak banner, aku menyewa sebuah ruko kecil , didekat  rumah Almarhum orang tuaku. Ditemani suamiku yang kini sudah mulai mengijinkan dan mensuport usahaku, kubagikan brosur-brosur yang kudapati pada saat pelatihan. Seharian menunggu diruko, tetapi belum ada yang datang.  Di hari kedua, betapa senangnya hatiku, karena sudah ada beberapa orang yang mampir dan mulai bertanya-tanya. Ku jelaskan kepada mereka, apa itu AHE dan bagaimana metode belajanya. hari ketiga, ke empat dan satu minggu berlalu tanpa ada satu orangpun yang mendaftarkan putera dan puterinya untuk belajar di AHE. Rasa semangat yang awalnya berada didalam jiwa ini, hampir redup dan hilang. Aku hampir merasa kalah. 

Pada malam hari, menjelang shalat Isya, ku dengar suara handpone berbunyi. Seperti biasa ku baca pesan-pean yang masuk. Dari beberapa pesan terdapat sebuah pesan yang membuatku bahagia, karena pesan tersebut memberikan ku rangsangan dan semangat kembali untuk melanjutkan AHE. Murid pertama ku Owen, ingin belajar di AHE. di lanjutkan Fatir dan beberapa orang anak lainnya. Perasaan senang dan bahagia ku karena keceriaan mereka membuat lelahku menjadi lillah. Ku lakukan pengajaran sendiri tanpa dibantu oleh siapapun, disela-sela tugasku sebagai ASN di MAN 2 kota Bekasi. Masa pandemi, memberikan ku waktu yang lebih banyak untukku berada dirumah. Waktu yang bisa ku manfaatkan untuk membuka usaha ku bersama AHE. Kuberikan waktu diluar tugasku sebagi ASN untuk anak-anak AHE ku yang hebat. Hari belajar yang selalu berubah setiap minggunya, tidak membuat mereka berhenti belajar. Aku senang, ketika mereka datang ketempatku dan tersenyum pada saat sampai ditempat belajar. wajah anak-anak yang polos. Mereka belum mengerti apa yang sedang terjadi di negara Indonesia, apa lagi didunia.

Tujuh anak yang bertahan selama lima bulan di AHE, anak yang menjadi cikal dimulainya pembelajaran di AHE unit 3521 Jatimakmur. Mereka yang menghiburku dengan tingkah polah mereka yang masih anak-anak. Ruangan belajar AHE hanya berukuran 4x3 m terasa luas bagi mereka. Mereka bermain, bercanda dengan menumpuk-numpuk meja belajar dan menjadikannya seperti perosotan. berteriak dan berlarian kesana kemari sambil menunggu antrian untuk membaca.  Rasa sedih tiba-tiba menghampiriku kembali, murid cikal ku Owen, berhenti dari belajarnya. Aku merasa kecewa karena belum bisa memberikan bukti bahwa aku bisa mengajarkan nya menggunakan metode AHE dengan baik dan  membuatnya pandai membaca. Sabar dan berjuang itu yang harus ku lakukan jika ingin maju.

Pandemi yang kini sudah mulai berjalan selama satu tahun, memberikan ku kekuatan untuk memulai. memulai sesuatu yang pernah ku impikan sejak dulu. Aku yang dahulu pernah berkeinginan untuk membuat sebuah tempat belajar untuk anak-anak. AHE membantuku untuk mewujudkan itu. Lembaga yang memberikan kesempatan bagi para guru dan orang tua yang ingin menambah pendapatannya melaui pendidikan informal. 

Kini satu tahun sudah pula, AHE ku berdiri. Perlahan melangkah dan bergerak, bertambah jumlah muridku, diantara yang sudah lulus dan berhenti. Meskipun belum berjumlah ratusan, masih berkisar puluhan saja, ku tetap bahagia dan optimis, AHE ku pasti berhasil. Suamiku yang awalnya menentangku, kini telah menjadi partnerku. partner dirumah dan di AHE. Suami ku yang menggantikanku mengajar anak-anak pada saat aku bertugas di sekolah. Rasa sabar dan  kebapakan yang muncul dalam dirinya tampak sekali terlihat. Pak guru, panggilan anak-anak kepadanya. Kini rasa canggung dipanggil pak guru sudah hilang. Dia sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Terimakasih suamiku atas suport yang kamu berikan. 















Dituliskan dan diceritakan berdasarkan pengalaman yang di alami oleh penulis.
Bekasi, 03 November 2021
Doa ku tetap bersama mu  Suamiku sampai kita menua dan memiliki cucu dan cicit. Aammin.
Terimakasih untuk Sahabatku Ajeng dan suami
Untuk bu Nurul dan juga Bu Neneng  serta  mohon maaf untuk Bu Santi 



Komentar